CINTA PENGHUJUNG WAKTU: Oleh Mariana Ulfa Prahara

cukup kau tahu sekarang bahwa aku mencintaimu meski kau tak bisa melihat itu dengan hatimu…aku mencintaimu meski kau telah menikam aku dengan belati cintamu… ****** Nora dan Kris adalah sepasang suami istri yang telah menjalani hubungan pacaran selama empat tahun lamanya. Di tahun ke kelima akhirnya mereka memutuskan untuk menikah dan menjalani bahtera rumah tangga sebagaimana pasangan lainnya. Di bulan pertama kisah cinta ini begitu manis. Di bulan kedua, ketiga dan seterusnya rumah tangga Nora dan Kris sudah mulai diguncang prahara. Apalagi setelah kepergian Nora meninggalkan rumah dan juga suaminya Kris, membuat suasana makin tegang. Puncaknya kemudian ketika Nora tak mengetahui bahwa dirinya kini sedang mengandung janin dari hasil pernikahannya bersama Kris. Ia bahkan di tuduh yang tidak-tidak oleh suaminya dan membuat hati Nora semakin panas. Ini sudah menginjak bulan kelima, perut Nora pun semakin membesar. Namun, sampai saat ini juga Kris tak pernah datang untuk menjemputnya, bahkan sekedar untuk menengoknya pun tidak. Masuk bulan keenam barulah Kris datang untuk melihat bagaimana kondisi Nora yang semakin menyedihkan menjalani hari-hari dengan perut membuncit tanpa seorang suami di sampingnya. Terkadang rasa rindu untuk bersama Kris selalu hadir namun seiring itu pula hati Nora panas dan sakit ketika mengingat perlakuan dan sikap suaminya terhadap dirinya. Cinta di hati Nora dengan sekejap lenyap tanpa meninggalkan jejak. Apa lagi pertengkaran yang acap kali mewarnai lewat telepon membuat Nora memikul beban yang begitu beratnya sampai-sampai Nora nyaris kehilangan bayi yang ada dalam kandungannya. “Kau tak akan pernah mengerti bagaimana aku dan setiap sakit yang kau goreskan adalah satu kekuatan untuk aku dan juga bayiku bertahan bersama. Yang kau tahu hanyalah bagaimana melukis setiap kisah berdarah dalam memorimu dan menggantungkannya pada dinding sejarahmu”. Gumam Nora memiris *** Waktu yang dinanti-nantikan oleh Nora dan juga orang tuanya akhirnya datang juga, tepat pukul 05: 10 wita, Nora melahirkan putra pertamanya dengan selamat di rumah. Hal ini membuat keluarga Nora merasa sangat bahagia apalagi Nora yang kini sudah menjadi seorang ibu. Rasanya masih tak percaya dirinya kini memiliki seorang anak. Sebelum persalinannya di rumah, Nora sempat dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya. Namun ,tiba di rumah sakit ia diperiksa oleh bidangdan katanya ini masih dalam pembukaan dua kemungkinan untuk melahirkan masih lama rentang waktunya bisa sampai besok. Bidan memberikan penjelasan akan kondisi Nora yang mau melahirkan, disarankan untuk kembali saja dulu ke rumah karena melihat kondisi pasien agak tertekan dengan suasana di rumah sakit. Keluarga Nora mempertimbangkan hal tersebut dan juga memperhatikan wajah Nora yang memang agak stress dengan keadaan yang ada di sekitarnya. Akhirnya orang tua Nora memutuskan untuk membawa Nora kembali kerumah dengan meminta dulu persetujuan dari Nora dan ia pun menyetujuinya. Kembalilah Nora dan keluarganya ke rumahnya. Tante Nora yang bernama Rosma merasa sangat sedih melihat keadaan Nora. Rosma tahu betul kalau Nora menahan rasa sakit yang amat dahsyat namun Nora tak pernah mengeluh akan rasa sakit itu karena ia tak ingin membuat orang tua dan keluargax panik. Air ketubang Nora sudah pecah rasa sakit kini semakin mengguncannya, perjuangannya selama 7 jam kini sudah selesai. Malaikat kecil Nora akhirx melihat dunia. Kelahiran malaikat kecil itu membawa kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan oleh Nora. Semua masalah dan rasa sakit yang dirasakan Nora sekejab hilang ketika melihat wajah polos malaikat kecilnya yang selalu memberi kedamaian di hatinya. Mengasuh anak menjadi hal yang harus di pelajari Nora. Namun berbekal dukungan orang tua dan rasa cinta mereka, apapun selalu ada solusinya dan mereka bisa melewati masa sulit tersebut. Beberapa bulan berlalu hingga malaikat kecil Nora sudah mulai rewel. Mengasuh satu anak hingga sebesar ini rupanya membuat Nora merindukan suaminya Kris. ***** Malam dengan suasana yang begitu dingin Nora merangkul anaknya, didekatnya ada ayah dan ibunya Nora yang selalu setia mendampingi Nora. “ Ayah-ibu, ada hal yang ingin kusampaikan pada kalian mengenai aku dan mas Kris” “Bicaralah anakku, kami berdua sudah lama menunggu momen untuk kamu bicara soal ini” “Bu… aku sudah bicara dengan mas Kris mengenai rumah tangga kami, aku berpikir selama ini mungkin aku dan mas Kris memang harus mengakhiri hubungan kami. Tetapi, sejak kelahiran anakku Nathan, aku berpikir lagi bahwa aku akan memberikan kesempatan kedua pada mas Kris untuk memperbaiki rumah tangga kami, ini juga demi kebaikan anakku Nathan. Aku tak ingin anakku menderita hanya karena keegoisan kami berdua, aku juga ingin anakku bisa merasakan kasih sayang seorang ayah seperti anak-anak yang lainnya” “ Apa kau sudah yakin dengan semua ini nak..” “Iya bu…aku sedah memikirkan ini dengan matang” “Jika itu sudah menjadi keputusan kamu, sebagai orang tua kami hanya mendukung apa yang menjadi keputusanmu dan yang terbaik menurutmu” “Namun, aku mengajukan syarat kepada mas Kris untuk kembali kepadaku, syarat yang pernah di katakan waktu itu” “Iya sayang…” “Makasih ya ayah-ibu untuk semua hal yang telah kalian lakukan untukku, aku tidak akan bisa sekuat dan setegar ini jika bukan semangat dan dorongan dari ayah dan ibu, yang tak mengenal kata lelah untuk menyayangi dan mencintaiku” “kau adalah permata dalam hati kami sayang yang akan kami jaga dan lindungi selalu”. Suara tangisan Nathan membuat suasana haru menjadi buyar seketika. Dengan perlahan Nora menggendong anaknya dan menenangkan dalam pelukannya . ***** Setahun sudah berlalu, tak terasa Nathan sudah sebesar ini. Melihat Nathan yang sudah semakin pintar dengan berbagai macam tingkahnya yang menggemaskan membuat suami Nora ingin memiliki anak lagi. Namun, Nora agak menolak dengan alasan masih ingin mengecek kedokter perihal kondisinya. Setelah semalam suntuk Nora tak bisa tidur karena sakit kepala kembali menyerang Nora. Namun Nora tak ingin mengatakan itu pada mas Kris. kondisi ini beberapa kali terjadi hingga setengah tahun lamanya. Membuat mas Kris sedikit berpaling dari Nora. Apalagi di sekolah tempat mas Kris mengajar, ada seorang stap baru yang membuat mas Kris merasa nyaman bersama wanita itu. Namanya Viky. Sedikit demi sedikit Viky mulai menguasai pikiran dan hidup mas Kris. Membuatnya jarang pulang tepat waktu dan membuat Nora heran. "Kok sering pulang telat, Mas?" tanya Nora. "Lembur.." mas Kris menjawab pendek sambil mengganti pakaiannya. Ia sebenarnya masih mencintai Nora, namun di sisi lain ia makin dekat dengan Viky. Ia merasa hubungannya dengan Nora hambar serta membosankan akhir-akhir ini. Kali ini bukan karena Nora menolak punya anak lagi, namun kesibukan Nora dan mas Kris membuat pria ini merasa jarak mereka makin jauh dan Nora seolah tak melihat hal itu sama sekali. Kehidupan pernikahan Nora dan mas Kris makin menjemukan. Nora makin bekerja keras dalam karirnya sehingga fokusnya seringkali hanya pada anak dan karir. Nora memang lebih pendiam kalau sudah pulang kerumah apalagi kalau sudah mengahbiskan waktunya bersama anaknya Nathan, tapi Herman pikir mungkin hal ini disebabkan oleh keperluan anak mereka yang makin banyak. beberapakali hubungan Nora dan mas Kris menegang oleh pertengkaran-pertengkaran kecil. Mas Kris sering pulang malam dan Nora mulai curiga dengan apa yang dilakukan oleh suaminya di luar rumah. "Aku kerja. Aku kan juga nggak pernah protes ketika kamu pulang malam, Nor," kata mas Kris dengan nada tinggi. "Kamu berubah, Mas. ngajar juga nggak mungkin pulang malam terus kan?" Nora membalas. Mas Kris mendengus sebal dan menyahut, "Kamu tanya saja sendiri pada dirimu, kenapa aku jadi nggak betah. Kamu terlalu sibuk dengan karirmu, aku juga bisa kalau begini caranya." Ia sebenarnya sakit mengucapkan hal ini pada Nora. Namun emosinya sudah lama tertahan dan kali ini ia merasa muak pada omelan istrinya Nora. Viky juga mulai berani mempengaruhi mas Kris untuk menceraikan istrinya. Awalnya mas Kris ragu, namun makin sering mas Kris dan Nora bertengkar di belakang anaknya. Hal ini mulai membuat mas Kris merasa tidak nyaman. Mas Kris pun mulai menyampaikan keinginannya untuk bercerai. Tentu saja hal ini membuat hati Nora hancur setengah mati. Nora menolak perceraian itu karena tidak ingin anaknya Nathan merasakan keluarga yang hancur retak. Nora tak ingin anaknya Nathan diolok-olok oleh temannya karena kesalahan orang tuanya. Namun mas Kris makin menghancurkan hati Nora karena menyodorkan surat pengajuan cerai beberapa hari setelah ia menyampaikan keinginannya itu. Semalaman Nora memandangi surat cerai terhampar di meja kerjanya, sementara mas Kris tidur dengan tidak nyenyak di ranjangnya. Keesokan paginya, Nora menyerahkan surat itu pada mas Kris dengan mata sembab karena sesekali menangis dan belum tidur semalaman. "Aku akan menandatanganinya setelah tiga bulan dari sekarang. Dalam waktu tiga bulan itu, aku ingin Mas selalu menggendong aku dari ranjang ke meja makan untuk sarapan setiap pagi. Juga dari ruang keluarga ke kamar tidur setiap malam," ujar Nora dengan suara setengah serak seperti orang yang semalaman belum tidur. Mas Kris merasa agak aneh dengan permintaan istrinya Nora, namun ia tetap menyanggupi permintaan itu. Ia pikir istrinya hanya ingin mengulur waktu cerai dan membuat mas Kris kembali. Mendengar kabar rencana perceraian Nora dan mas Kris itu, Viky sedikit menertawai ulah Nora. "Ada-ada saja. Setelah kondisi sudah seperti ini, baru istrimu merajuk untuk bisa kembali." Begitulah, sesuai janjinya, mas Kris selalu menggendong Nora setiap pagi dan malam. Mas Kris bisa merasakan Nora lebih bersandar padanya, namun di sisi lain mas Kris berpikir bahwa Nora mungkin juga sedang menikmati momen-momen akhir bersamanya. Sebentar lagi mas Kris tetap akan menceraikannya dan membawa Viky dalam kehidupan barunya. Pemandangan romantis antara Nora dan mas Kris membuat anaknya Nathan kadang bersorak pada kedua orang tuanya itu. Hal ini membuat mas Kris sedikit berbesar hati. Namun, mas Kris meneguhkan dirinya agar tak mudah termakan suasana, Sementara Nora hanya tersenyum penuh makna sambil bergelayut di leher suaminya ketika digendong. Diam-diam, mas Kris merasa istrinya Nora makin kurus dari hari ke hari. Setiap gendongannya terasa makin ringan. Mas Kris memandangi wajah istrinya sesekali ketika menggendongnya sembari mengecup keningnya. Nora nampak lelah belakangan ini, kantung matanya sering kelihatan membesar dan ia sering menyandarkan kepalanya ke dada mas Kris. Hal ini membuat mas Kris mulai ragu dengan keputusannya bercerai, ada kehangatan merasuk di dadanya setiap kali menggendong istrinya Nora. Tanpa terasa, mas Kris mulai merasakan cinta kembali bersemi pada hubungannya dengan Nora. Mas Kris merasa istrinya makin cantik dari hari ke hari, hingga hari-hari penandatanganan surat cerai itu makin dekat. Saat mas Kris hendak menggendong Nora di pagi hari terakhir dari tiga bulan perjanjian itu, Nora menahan tangan mas Kris. "Kan hari ini sudah genap waktunya, Kamu nggak perlu gendong aku lagi, Mas." Mas Kris tersenyum saja dan membawa Nora ke meja makan. Ia menyajikan sarapan lalu mengecup kening Nora, "Sarapan aja, Nora. Selamat pagi." Begitulah Nora dan mas Kris menghabiskan sarapan mereka dengan lebih hangat dan mesra. Namun di akhir sesi sarapan, Nora memberikan surat cerai yang sudah ditandatangani dan dibungkus amplop. "Ini, Mas. Terima kasih selama ini sudah mencintaiku," ujarnya sambil menitikkan air mata. Mas Kris terpana, namun surat itu diterimanya. Sebelum berangkat ke sekolah, mas Kris memeluk Nora. Di sekolah, mas Kris mengatakan pada Viky bahwa ia mengurungkan niatnya bercerai. Tentu saja wanita itu begitu kesal mendengar ucapan yang keluar dari mulut mas Kris dan menampar wajah mas Kris keras-keras. Ia tahu dengan konsekwensi ini, ia siap menerimanya karena sejauh ini ia dan Viky belum sampai berhubungan badan. Ia bersyukur masih bisa mengendalikan dirinya selama ini dari berzina. Sekarang yang ada di benak mas Kris adalah Nora. Mas Kris masih ingat dengan bulir air mata Nora yang hangat jatuh di tangannya tadi pagi. Mas Kris merasakan cinta itu dan tak sabar ingin segera pulang. Mas Kris bahkan menyempatkan diri membeli buket bunga paling indah kesukaan Nora dan bergegas pulang sore itu. Sesampainya di rumah, mas Kris memanggil-manggil nama istrinya Nora. Namun ia tak juga mendengar jawaban. Hingga mas Kris melihat Nora di kamarnya, tidur dengan piyama yang masih melekat di tubuhnya tadi pagi. Namun saat mas Kris mendekatinya, Nora sudah tidak bernyawa lagi. Mas Kris tidak percaya, bagaimana mungkin Nora bisa meninggal? Ia mengguncang tubuh dan wajah Nora sambil memanggil namanya. Kepergian Nora menjadi penyesalan yang tak terperi bagi mas Kris. Rupanya selama ini Nora mengidap penyakit parah yang tak sempat disampaikannya pada mas Kris. Di kala istrinya itu tengah memikirkan sendirian dan berjuang melawan penyakitnya, mas Kris malah sibuk dengan rencana perceraian mereka. Nora dimakamkan keesokan harinya, diiringi rasa sedih dan duka dari mas Kris dan putra mereka, Nathan. Kendari, 22 Februari 2013 belajar memahami bahwa tak semua yang kita harapkan bisa kita dapatkan ,ikhlas menerima kesalahan dan belajar dari tiap kesalahan, karena itu yang menjadikan kita kuat dalam menjalani hidup. “Aku Kenangan” Luka dan cinta itu masih kuternakkan, aku temukan diriku disana juga dirimu belepotan penuh dawat cinta penuh rindu merindang, lalu aku dan kamu menyelam hingga ke telaga kenangan.

Post a Comment

0 Comments