Keaktoran dalam Pementasan Drama atau Teater

Tahap-tahap penyesuaian dengan teknik merupakan tahap penting. karena pemain harus menghayati dunianya yang baru, yaitu dunia imajinasi.

Melihat drama, penonton seolah melihat kejadian dalam masyarakat. Kadang-kadang konflik yang disajikan dalam drama sama dengan konflik kehidupan mereka sediri. Drama adalah potret kehidupan manusia, suka duka, pahit manis, hitam putih kehidupan manusia. Dalam drama perlu adanya seorang aktor/aktris karena aktor/aktris dalam pementasan sebuah drama merupakan tulang punggung pementasan. Dengan aktor-aktris yang tepat dan berpengalaman, dapat dimungkinkan pementasan yang bermutu, jika naskah baik dan sutradaranya cakap. Adapun pada makalah ini kita akan membicarakan tentang keaktoran/keaktrisan.
1. Persiapan Seorang Aktor
Karya seni sang aktor diciptakan melalui tubuhnya sendiri, suaranya sendiri, dan jiwanya sendiri. Hasilnya berupa peragaan cerita yang ditampilkan di depan penonton. Seorang aktor yang baik adalah seorang seniman yang mampu memanfaatkan potensi dirinya. Potensi itu dapat dirinci menjadi: potensi tubuh, potensi driya, potensi akal, potensi hati, potensi imajinasi, potensi vokal, dan potensi jiwa. Kemapuan memanfaatkan potensi diri itu tentu tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dengan giat berlatih.

2. Pemilihan Peran
Pemilihan aktor-aktris biasanya disebut casting, yaitu sebagai berikut:
  • Casting by Ability: pemilihan peran berdasar kecakapan atau kemahiran yang sama atau mendekati peran yang dibawakan. Kecerdasan seseorang memegang peranan penting dalam membawakan peran yang sulit dan dialognya panjang. Tokoh utama suatu lakon di samping persyaratan fisik dan psikologi juga dituntut memiliki kecerdasan yang cukup tinggi, sehingga daya hafal dan daya tanggap yang cukup cepat.
  • Casting to Type: pemilihan pemeran berdasarkan atas kecocokan fisik sipemaian. Tokoh tua dibawkan oleh orang tua, tokoh pedagang dibawakan oleh orang yang berjiwa dagang, dan sebagainya.
  • Anty type Casting: pemilihan pemeran bertentangan dengan watak dan ciri fisik yang dibawakan. Sering pula disebut educational casting karena bermaksud mendidik seseorang memerankan watak dan tokoh yang berlawanan dengan wataknya sendiri dan ciri fisiknya sendiri.
  • Casting to emotional temperament: pemilihan pemeran berdasarkan observasi kehiDupan pribadi calon pemeran. Meraka yang memiliki banyak kecocokan denga peran yang dibawakan dalam hal emosi dan temperamennya, akan terpilih membawakan tokoh itu. Pengalaman masa lalu dalam hal emosi akan memudahkan pemeran tersebut dalam menghayati dan menampilkan dirinya sesuai dengan tuntutan cerita. Temperamen yang cocok akan membantu proses penghayatan diri peran yang dibawakan.
  • Therapeutic Casting: pemilihan pemeran dengan maksud untuk penyembuhan terhadap ketidakseimbangan psikologis dalam diri seseorang. Biasanya watak dan temperamen pemeran bertentangan dengan tokoh yang dibawakan. Misalnya, orang yang selalu ragu-ragu, harus berperan sebagai orang yang tegas, cepat memutuskan sesuatu. Seorang yang curang, memerankan tokoh yang jujur atau penjahat berperan sebagi polisi. Jika kelaianan jiwa cukup serius, maka bimbingan khusus sutradara akan membantu proses therapeutic itu.

Untuk dapat memilih pemeran dengan tepat, maka hendaknya pelatih drama membuat daftar yang berisi inventarisasi watak pelaku yang harus dibawakan, baik secara psikologis maupun sosiologis. Watak pelaku harus dirumuskan secara jelas. Sebab hanya dengan begitu, dapat dipilih pemeran lakon dengan lebih cepat. Dalam pementasan, aktor-aktris harus ber-acting.

3. Teknik berperan
Berperan adalah menjadi orang lain sesuai dengan tuntutan lakon drama. Sejauh mana ketrampilan seorang aktor dalam berperan ditentukan oleh kemampuannya meninggalkan egonya sendiri dan memasuki serta mengekspresikan tokoh lain yang dibawakan.

Dalam berperan harus diperhatikan adanya hal-hal berikut ini:
1. Kreasi yang di lakukan oleh aktor atau aktris.
2. Peran yang dibawakan harus bersifat alamiah dan wajar.
3. Peran yang dibawakan harus sesuai dengan tipe, gaya, jiwa, dan tujuan dari pementasan.
4. Peran yang dibawakan harus sesuai dengan periode tertentu dan watak yang harus direpresentasikan.

Untuk berperan secara natural dan realisitis, diperlukan penghayatan untuk mendalam tentang tokoh yang diperankan itu. Dalam kaitan itu, gaya, tipe, dan jiwa permainan menentukan corak penghayatan peran.
a. Aktor bintang
Aktor bintang menjadi sumber gaya artinya kesuksesan pementasan ditentukan oleh pemain-pemain kuat yng mengandalkan kecantikan, kemasyhuran, ketampanan atau kecantikan atau gaya tarik seksualnya. Jika yang dijadikan sumber gaya adalah aktor bukan bintang, maka kecakapan berperan diandalkan untuk memikat penonton.

b. Sutradara
Sutradara sebagai sumber gaya artinya dengan kemampuan sutradara diharapakan pementasan akan berhasil. Penonton mengharap pertunjukkan drama yang bermutu. Dalam hal ini, penonoton mempercayakan nama sutradara sebagai jaminan mutu drama.

c. Lingkungan
Lingkungan sebagai sumber gaya artinya lingkungan pementasan dapat memungkinkan suksesnya pementasan. Jika kita mementaskan drama “Ken Arok dan Ken Dedes”, maka kehidupan pentas oleh dekorasi dan tata pentas yang menggambarkan secara nyata kerajaan Singasari dapat menjadi modal kesuksesan drama tersebut.
d. Penulis
Penulis sebagai sumber gaya berarti di tangan penulis yang hebat akan lahir naskah yang hebat pula yang mempunyai kemungkinan sukses jika dipentaskan.
Di dalam berperan, imajinasi sangat penting karena dalam berperan, seorang aktor berpura-pura menjadi orang lain. Menghadirkan kepura-puraan menjadi realitas membutuhkan daya imajinasi. Aktor harus menghayati setiap situasi yang diperankan dan mampu secara sempurna menyelami jiwa tokoh yang dibawakan serta menghidupkan jiwa tokoh itu sebagai jiwanya sendiri, sehingga penonton yakin yang ada dipentas bukan diri sang aktor tetapi diri tokoh yang diperankan.

Untuk mengembangkan pribadi, diperlukan daya kreativitas (kemampuan untuk mencipta) dan sikap fleksibel (dapat menyesuaikan diri dimana saja berada).
1. Sensitif
Mudah memahami aktor yang akan diperankan.
2. Sensibel
Sadar akan yang baik dan yang buruk.
3. Kualitas personal yang memadai
4. Daya imajinasi yang kuat
5. Stamina fisik dan mental yang baik.


Kelima hal tersebut harus disertai lima macam daya kepekaan yaitu sebagai berikut:
a. Kepekaan (mudah mengerti) akan ekpresi mimik.
b. Kepekaan terhadap suasana pentas.
c. Kepekaan terhadap penonton.
d. Kepekaan terhadap suasana dan ketepatan proporsi peran yang dibawakan (tidak lebih dan tidak kurang)



3. Imajinasi dapat dikembangkan dengan kreasi-kreasi aktor yang sering tidak direncanakan sutradara. Pembawaan peran harus tepat agar penonton ikut terlibat dalam suasana pentas. Dalam suatu drama tidak boleh suatu masalah diterangkan secara panjang lebar sedang masalah lain tidak mendapat bagian.

4. Proses Ber-acting (Langkah-langkah dalam acting):

a. Latihan Acting
Latihan acting dapat membentuk aktor sebagai impersonator, interpretator, komentator, dan sebagai personality actor. Aktor sebagai impersenator artinya aktor menyerahkan diri sepenuhnya sebagai memasuki peran yang dibawakan. Setiap peran dianggap sebagai dirinya sendiri. Dalam interpretator dan komentator, aktor tidak sepenuhnya memasuki peran yang dibawakan. Identitas dirinya masih tetap tampak. Sedangkan personality actor kita dapatkan dalam film atau televisi.

b. Gaya Estetis
Kita harus memainkan permainan sesuai gaya, oleh sebab itu aktor harus dilatih untuk memasuki gaya permainan sesuai dengan gaya drama tersebut. Sebagai contoh, dalam drama Yunani kuno digunakan gaya formal; dalam drama-drama Shakespeare digunakan gaya romantik; teater abad ke XIX menggunakan gaya deklamatoris; teater modern menggunakan gaya realistis; dan sebagainya. Gaya serius, gaya tragedis, dan bayolan merupakan gaya yang harus diekpresikan secara tepat oleh aktor atau aktris.

c. Pendekatan Untuk Peranannya
Ada dua pendekatan dalam menghayati peran yaitu metode dan teknik. Metode berhubungan dengan latihan sukma atau latihan “unsur dalam”. Dalam pendekatan teknis, yang dipentingkan adalah teknik bermain yang berhubungan dengan faktor luar (fisik). Penampilan fisik dan permainan di pentas mengutamakan kombinasi permainan fisik dan emosi.

d. Bidang Acting
Ada tiga yang harus digarap dalam latihan acting, yaitu: teknik (fisik), mental (intelektual), dan emosi (spiritual). Bidang acting yang bersifat teknis misalnya meliputi latihan pernafasan, latihan vokal, dan latihan proyeksi (penonjolan). Latihan mental berupa latihan watak, dengan dimulai menganalisis watak dari segala sudut (fisik, psikis, sosial); memahami pikiran, feeling (perasaan/simpati), action, dan berhubungan dengan permainan dan peranan yang lain. Emosi harus dilatih dalam drama aktor harus menghadirkan emosinya sesuai dengan tuntutan lakon.

e. Enam Pertanyaan
Enam pertanyaan yang berkenaan dengan acting. Dalam latihan acting diperlukan disiplin, skiil, sifat fleksibilitas, kepatuhan, ketepatan, kerapian, dan kemampuan ber-acting sesuai dengan tuntutan lakon.

Post a Comment

0 Comments