Penulisan Karya Ilmiah: Aspek Kebahasaan dan Etika (Part 2)

1. Jenis Wacana Tulis
a. Wacana narasi
Wacana narasi menyajikan peristiwa-peritiwa dalam suatu rangkaian kesatuan dalam urutan waktu tertentu. Dalam wacana narasi, penulis menyajikan jalinan suatu peristiwa yang dapat disebut sebagai cerita. Tujuan utamanya bukan untuk memberikan gambaran tentang maslah atau objek menurut pengamatan peulis, melainkan memberikan suatu kisah yang terjai dalam suatu rangkaian waktu.

Ada tiga prinsip penting dalam narasi yakni keutuhan, koherensi, dan penekanan. Keutuhan cerita pada narasi dibangun dengan mengarahakan rincian setiap bagian cerita pada suatu ide yang membangun keseluruhan cerita.

b. Wacana deskripsi
Wacana deskripsi memberikan gambaran hasil pengamatan penulis terhadap ssesuatu objek. Oleh karena itu, wacana deskripsi bersifat objektif. Wacana deskripsi memberikan gambaran objek seperiti apa adanya, maka wacana deskripsi bersifat statis.

Wacana deskripsi dapat dibedakan dua macam, yakni deskripsi ekspositori dan deskripsi literer. Tujuan wacana ekspositori adalah memberikan gambaran yang mendalam tentang suatu masalah atau objek, namun tetap mengemukakan gambaran yang bersifat kongkret. Sedangkan deskripsi literer menyajikan uraian sesuatu masalah secara rinci. Perbedaannya dengan deskripsi ekspositori terletak pada kesan yang ditimbulkannya.

c. Wacana eksposisi
Wacana eksposisi memberikan penjelasan mengenai suatu masalah atau objek secara mendalam. Tujuan supaya pembaca memperoleh pengertian yang jelas terhadap masalah yang disajikan. Wacana eksposisi membahas hakikat masalah serta hubungan-hubungannya baik hubungan antara bagian–bagian masalah itu sendiri maupun hubungan-hubungannya dengan masalah yang lain.

Dalam wacana eksposisi dikenal beberapa jenis pembagian antara lain defenisi dan analisis. Defenisi merupakan jenis eksposisi yang sering digunakan karena mendasari penjelasan yang disajikan dalam suatu karangan. Sedangkan analisis merupakan wacana eksposisi yang menjelaskan suatu masalah dengan mengemukakan uraian keseluruhan masalah menjadi bagian-bagian sehingga pembaca dapat memahami masalah tersebut.

d. Wacana Argumentasi
Wacana argumentasi berdasar pada pikiran yang kritis dan logis. Dalam menyajikan fakta dan bukti yang lain, penulis harus senantiasa memperhatikan apakah semuanya itu memang dapat digunakan sebagai bukti yang benar.

2. Kegiatan Keterampilan Menulis dalam Karya Ilmiah
Menulis karangan adalah kegiatan yang dilakukan melalui proses yang berawal dari timbulnya ide untuk menulis sampai dengan terwujudnya karangan yang disusun. Proses itu berlangsung dalam tiga tahapan utama yakni, perencanaan, penulisan, dan perbaikan. Dari tahapan pertama sampai tahapan kedua wujud kegiatan itu ialah menyajikan masalah, pengorganisasian karangan, penyusunan dan pengembangan paragraf, penyusunan kalimat, pemilihan dan pemakaian kata, dan pemakaian ejaan.

a. Pemilihan dan Pemakaian kata
Dilihat dari keseluruhan karangan, kata merupakan unsur terkecil yang bersam-sam dengan unsur yang lain mendukung isi karangan. Oleh karena itu, pemilihan dan pemakaian kata merupakan masalah yang penting dalam mengarang. Untuk itu, pemilihan dan pemakaian kata seharusnya memperhatikan aspek-aspek kebenaran kata yang dipakai, kejelasan, keefektifan, kesesuaian kata, dan ragam bahasa yang digunakan.

b. Penyusunan kalimat
Wujud karangan secara fisik dapat dilihat sebagai rangkaian wujud kalimat yang membentuk paragraf ang menyajikan pikiran utama dan tambahan sehingga terbentuk suatu karangan yang utuh. Setiap kalimat merupakan pendukung arti keseluruhan ide yang disajikan dalam paragraf. Kejelasan kalimat dalam karangan sangat diperlukan untuk menyajikan gagasan dalam karangan antara lain:
B1. Pengertian kalimat
B2. Kesalahan dalam pemilihan dan pemakaian kalimat
B3. Kejelasan kalimat
B4. Keefektifan

c. Penyusunan dan pengembangan paragraf
C1. Pengertian isi paragraf
Pengertian paragraf dapat dilihat dari dua segi, yakni isi dan struktur. Dilihat dari isi, paragraf adalah suatu pernyataan tentang suatu pokok pikiran yang dinyatakan secara lengkap dan merupakan satu kesatuan. Dilihat dari struktur, paragraf adalah sekelompok pernyataan kalimat yang saling berhubungan, dirangkaikan alam urutan teratur dan jelas kaitannya.

C2. Penyajian isi paragraf
Dilihat dari isinya suatu paragraf mengemukakan isi lengkap dan merupakan suatu kesatuan. Paragraf dikatakan lengkap apabila menyatakan hal yang seharusnya disampaikan agar pikiran utama dalam paragraf itu menjadi lebih jelas. Hal dinyatakan untuk kelengkapan isi paragraf itu harus relevan dengan pikiran utama sehingga keseluruhan isi paragraf tetap merupakan suatu kesatuan.

Sesuai dengan uraian di atas akan dikemukakan uraian tentang kelengkapan dan kesatuan bagi suatu paragraf.

1. Kelengkapan
Paragraf disusun berdasarkan pikiran pokok yang merupakan salah satu bagian dari keseluruhan pikiran utama dalam tulisan. Pikiran pokok dituangkan kedalam suatu pertanyaan yang berupab kailimat topik. Ide pokok suatu paragraf dapat dinyatakan secara implisit maupun secara eksplisit.

Untuk mengembangkan pikiran pokok dalam satu paragraf dapat dilakukan dengan cara memperluas pikiran pokok dengan mengemukakan rincian yang spesifik atau rincian yang kongkret dari pikiran pokok dan disusun dalam kalimat logis.

2. Kesatuan
Pengembangan pikiran utama dalam suatu paragraf harus tetap berpusat pada pikiran pokok. Informasi yang digunakan berupa fakta, gagasan, dan lain-lain. Harus diseleksi sehingga diperoleh informasi yang relevan dan tetap berpusat pada pikiran pokok.

3. Penyusun struktur paragraf
Kalimat dalam paragraf merupakan pendukung struktur paragraf. Oleh karena itu, kalimat dalam satu paragraf bukan merupakan kalimat preposisi yang terlepas yang satu dari yang lain, melainkan bersifat saling mempengaruhi. Selanjutnya akan dibahas uraian kalimat dalam paragraf, kohesif, dan koherensi, antarkalimat dalam paragraf.

4. Urutan kalimat dalam paragraf.
Rangkaian kalimat dalam paragraf disusun dalam urutan yang logis dan teratur. Perangkaian kalimat berdasrkan hal yang kgusus kearah hal yang umum atau sebaliknya, dan perangkaian kaliamt berdasarkan sebab akibat.

5. Kohesif
Untuk menjaga keutuhan paragraf, kalimat harus disusun secara teatur dan logis, dan kalimat-kalimatnya saling berhubungan dalam jalinan yang erat. Hubungan antara kalimat itu dibangun dengan menggunakan kata-kata atau frase penjalin hubungan disebut hubungan kohesif.

6. Koherensi
Hubungan antar kalimat yang satu dengan yang lain dalam suatu paragraf tanpa memakai alat penjalin hubungan disebut koherensi.

7. Proporsi
Proprsi ialah pengembangan ide dalam paragraf sesuai dengan kepentingannya jika dilihat dari hubungannya dengan ide yang lain dalam keseluruhan karangan. Sehubungan panjang atau pendek suatu paragraf, dapat dikemukakan bahwa paragraf yang terlau pendek merupakan paragraf yang tidak berkembang sehingga tidak lengkap dan sulit dipahami dan paragraf terlalu panjang merupakan suatu paragraf yang cenderung melantur sehingga sulit dipertahankan keutuhannya.

Post a Comment

0 Comments